PeePoop (Jakarta) - Oey Hay Djoen, seorang intelektual yang juga dikenal sebagai penerjemah buku-buku komunis meninggal dunia, Minggu (18/5), di Rumah Sakit St.Carolous, Jakarta. Oey meninggal karena serangan jantung.
Kontribusi yang telah dilakukan oleh Oey selama hidupnya cukup besar, terutama dalam dunia buku. Orang Indonesia bisa mendapat refrensi buku-buku karya pemikir dunia berbahasa Indonesia berkat terjemahan Oey, lebih dari 30 buku karya pemikir-pemikir yang kebanyakan sosialis sudah ia terjemahkan, diantaranya karya-karya Karl Marx, F. Engels, G.V. Plekhanov, dan Rosa Luxemburg.
Oey Hay Djoen lahir di Malang, 18 April 1929. Dia bergabung dengan Partai Komunis Indonesia dan sempat duduk di parlemen tahun 1950-an, mewakili partainya. Aktivitasnya di Lembaga Kebudayaan Rakyat atau Lekra juga menduduki posisi penting dalam jajaran pimpinan pusat. Saat terjadi tragedi pembantaian tahun 1965, dia dibuang ke Pulau Buru. Dia menyandang status tahanan politik nomor 001. Tahun 1979 dia bebas.
Partai Kebangkitan Bangsa pernah menganugerahkan Gusdur Award kepada Oey sebagai salah satu Tokoh Kebangsaan. Dia tak sendiri. Beberapa orang juga memperoleh penghargaan sama. Mereka antara lain, LB Moerdani (Mantan Menteri Pertahan dan Keamanan), Harry Tjan Silalahi (peneliti CSIS), Ken Sudarta (pencipta atribut PKB), Alfred Simanjuntak (pencipta lagu mars PKB) dan Jacob Oetama (pemimpin umum harian Kompas). (Arthur)
Kontribusi yang telah dilakukan oleh Oey selama hidupnya cukup besar, terutama dalam dunia buku. Orang Indonesia bisa mendapat refrensi buku-buku karya pemikir dunia berbahasa Indonesia berkat terjemahan Oey, lebih dari 30 buku karya pemikir-pemikir yang kebanyakan sosialis sudah ia terjemahkan, diantaranya karya-karya Karl Marx, F. Engels, G.V. Plekhanov, dan Rosa Luxemburg.
Oey Hay Djoen lahir di Malang, 18 April 1929. Dia bergabung dengan Partai Komunis Indonesia dan sempat duduk di parlemen tahun 1950-an, mewakili partainya. Aktivitasnya di Lembaga Kebudayaan Rakyat atau Lekra juga menduduki posisi penting dalam jajaran pimpinan pusat. Saat terjadi tragedi pembantaian tahun 1965, dia dibuang ke Pulau Buru. Dia menyandang status tahanan politik nomor 001. Tahun 1979 dia bebas.
Partai Kebangkitan Bangsa pernah menganugerahkan Gusdur Award kepada Oey sebagai salah satu Tokoh Kebangsaan. Dia tak sendiri. Beberapa orang juga memperoleh penghargaan sama. Mereka antara lain, LB Moerdani (Mantan Menteri Pertahan dan Keamanan), Harry Tjan Silalahi (peneliti CSIS), Ken Sudarta (pencipta atribut PKB), Alfred Simanjuntak (pencipta lagu mars PKB) dan Jacob Oetama (pemimpin umum harian Kompas). (Arthur)
0 comments:
Post a Comment