PeePoop Online Media™ | Katakan Yang Benar, Bukan Membenarkan Yang Mengatakan

(Kontribusi) Obama atau Amerika?

Kemenangannya atas Hillarry Rodham Clinton dalam konvensi calon presiden dari Partai Demokrat, seolah-olah sudah menyediakan kursi tertinggi bagi Barack Hussein Obama di Gedung Putih.[...]

(Editorial) Karsa & Kaji, Sekumpulan Hedonis Boros

Quintus Horatius Flaccus, "Carpe Diem, Quam Minimum Credula postero." (Raihlah hari ini, jangan terlalu percaya pada esok)? [...]

(Our Perspective) Media & Pemasaran Politik Dalam Kerangka Neoliberalisme

Menjelang Pemilu 2009, hampir setiap ruang publik penuh dijejali oleh iklan-iklan politik dalam berbagai bentuk. [...]

(Our Perspective) Invasi Israel Sebagai Solusi Krisis Kapitalisme?

Berdasarkan salah satu teori Karl Marx, perang merupakan salah satu pertimbangan untuk solusi krisis kapitalisme. [...]
Foto Peristiwa - Gerhana Matahari Cincin 26 Januari 2009
Thumbnail imagegambar besar Thumbnail imageEnlarged view of image Thumbnail imagegambar besar Thumbnail imagegambar besar

Courtesy of Kaskus

Friday, November 14, 2008

Resensi : Menolak Posmodernisme


PeePoop - Konon kita tengah memasuki era 'posmodernitas'. Klaim ini ditopang oleh tiga tema; kritik postrukturalis oleh Foucault, Derrida, dan filsuf-filsuf lain penerus filsafat Pencerahan; macetnya apa yang dianggap sebagai Seni Modern Tinggi dan penggantiannya oleh bentuk-bentuk artistik baru; dan munculnya apa yang disebut sebagai masyarakat 'pos-industri' yang strukturnya di luar perkiraan Marx dan pemikir-pemikir kapitalisme industri.


Penulis membongkar semua tema tersebut. Ia menentang irasionalisme idealis dari post-strukturalisme. Ia mempertanyakan adanya pemutusan radikal yang memisahkan Posmodern dari Seni Tinggi. Dan ia juga menyangkal bahwa perkembangan sosio-ekonomi sekarang menunjukkan perubahan fundamental dai pola klasik akumulasi kapital.

Akar pemikiran posmodernisme kontemporer seperti yang digagas oleh Baudrillard dan Lyotard dilacaknya hingga pada pemikiran Nietzsche. Tidak hanya itu, penulis juga dengan tajam membedah gagasan para pengkritik terkemuka posmodernisme, seperti Habermas dan Jameson, dan menguraikan cacat-cacat yang mereka derita. Bagi penulis, posmodernisme mencerminkan tak lebih dari sekedar kekecewaaan generasi revolusioner tahun 68 dan masuknya banyak anggota generasi itu ke dalam 'kelas menengah baru'. Posmodernisme paling gamblang dibaca sebagai suatu gejala frustasi politik dan mobilitas sosial ketimbang sebagai fenomena budaya atau intelektual. (Arthur)

Harga : Rp 34000,-
Penerbit : Resist Book
Cetakan : I, Januari 2008
Ukuran : 14 x 21 cm
Halaman : vi-304
ISBN : 979-3723-80-7

0 comments: