PeePoop Online Media™ | Katakan Yang Benar, Bukan Membenarkan Yang Mengatakan

(Kontribusi) Obama atau Amerika?

Kemenangannya atas Hillarry Rodham Clinton dalam konvensi calon presiden dari Partai Demokrat, seolah-olah sudah menyediakan kursi tertinggi bagi Barack Hussein Obama di Gedung Putih.[...]

(Editorial) Karsa & Kaji, Sekumpulan Hedonis Boros

Quintus Horatius Flaccus, "Carpe Diem, Quam Minimum Credula postero." (Raihlah hari ini, jangan terlalu percaya pada esok)? [...]

(Our Perspective) Media & Pemasaran Politik Dalam Kerangka Neoliberalisme

Menjelang Pemilu 2009, hampir setiap ruang publik penuh dijejali oleh iklan-iklan politik dalam berbagai bentuk. [...]

(Our Perspective) Invasi Israel Sebagai Solusi Krisis Kapitalisme?

Berdasarkan salah satu teori Karl Marx, perang merupakan salah satu pertimbangan untuk solusi krisis kapitalisme. [...]
Foto Peristiwa - Gerhana Matahari Cincin 26 Januari 2009
Thumbnail imagegambar besar Thumbnail imageEnlarged view of image Thumbnail imagegambar besar Thumbnail imagegambar besar

Courtesy of Kaskus

Friday, November 14, 2008

Our Perspective : Kesadaran Palsu

PeePoop - Setiap hari masyarakat pasti membutuhkan berita-berita aktual yang disajikan oleh media. Kebutuhan masyarakat tersebut akan menghasilkan suatu kesadaran, yang mungkin nilainya relatif bagi masing-masing orang.

Melalui kata, suara, dan gambar, berbagai media berhasil menciptakan kemiripan dengan dunia "nyata". Melalu proses mediasi, media me representasikan dunia kepada audiens. Representasi realitas ini nampaknya mirip dengan cara bagaimana kita menginterpretasikan dunia dan menciptakan makna untuk diri kita sendiri dengan menggunakan indera fisik
kita. "Dengan mengkonstruksi representasi realitas, media mengkonstruksi makna dunia".

Yang selalu jadi pertanyaan adalah bentuk-bentuk representasi media seperti apakah yang
biasanya ada?, dan apa yang bisa kita katakan dengan representasi ini?.


Pertanyaan-pertanyaan tersebut telah dieksplor, secara keseluruhan, didalam kerangka kerja dua model. Yaitu model hegemonik dan model pluralistik.

Awal teori-teori Marxis adalah teori-teori yang bersifat "keras". Teori Marx menekankan bahwa kelompok yang memiliki kekuatan untuk mampu mendistorsi realitas sosial, harus berkeyakinan bahwa media hanyalah sekedar corong atau perpanjangan tangan bagi kelas yang berkuasa.

Teori tersebutlah yang menjadi asumsi dasar model hegemonik, yang menyatakan bahwa kelas berkuasa mendapatkan kekuasaannya dengan menggunakan gagasan-gagasan dan pengaruh kultural dan bukan hanya dengan menggunakan kekuatan. Hegemoni ini membuat kelas berkuasa mampu memerintah dengan persetujuan. Kelas berkuasa juga mampu meningkatkan konsesus bagi sentimen yang berkuasa melalui kehidupan kultural sehari-sehari, termasuk representasi dunia oleh media.

Interpretasi hegemonik yang lebih canggih melibatkan satu kombinasi reformulasi Althusser tentang ideologi dengan menggunakan konsep Barthes tentang mitos. Althusser menggunakan istilah "ideological state apparatus" untuk menggambarkan kemampuan institusi-institusi sosial, khususnya media, dalam merepresentasikan bahwa kapitalisme sebagai sesuatu yang normal dan tidak terhindarkan.

Banyak media dengan dalih memproduksi "commonsense", yang secara tidak sadar pada dasarnya bermuatan ideologi. Ideologi itu bekerja melalu kode-kode simbolik yang menjelaskan dan merepresentasikan realitas sosial, kultural, dan politik.

Representasi mistis yang ada tidak sekedar palsu, tetapi apa yang tampil didepan kita sebagai sesuatu yang alami. Simbol-simbol mistis penting dalam membentuk suatu identitas
diri, simbol-simbol tersebut merepresentasikan apa yang dilihat sebagai "kebenaran" abadi dan tidak dapat dirubah. Karena cenderung representasi mistis dilihat dari self evident (jelas dengan sendirinya, tidak perlu dibuktikan lagi) dan masuk akal, sehingga seringkali tidak dipertanyakan. Yang seringkali membentuk suatu kesadaran palsu.

Aliran Frankfurt mengatakan bahwa kontrol kaum kapitalis terhadap media massa adalah salah satu alasan mengapa kapitalisme tetap bertahan pada massa setelah perang. Herbert Marcusse (1898-1979) berpendapat bahwa media membantu untuk men-indoktrinasi dan memanipulasi dan mendorong kesadaran palsu yang kebal terhadap kepalsuannya. Jadi ekonomi dan konsentrasi kepemilikan kaum kapitalis terhadap media menentukan peran yang dimainkan media dalam masyarakat. (Cecilia)

0 comments: