JAKARTA (PeePoop) - Sumanto al-Qurtubi, aktivis JIL (Jaringan Islam Liberal) yang mengarang buku “Lobang Hitam Agama” yang isinya banyak menghujat Al-Qur’an dan pembawa agama lain.
Uraian kalimat yang tertulis dari buku itu adalah sebagai berikut :
“Bahkan sesungguhnya hakikat Al-Qur’an bukanlah “teks verbal” yang terdiri dari 6666 ayat buatan Usman, melainkan kumpulan-kumpulan gagasan.”
“Al-Qur’an bagi saya hanyalah berisi semacam “spirit ketuhanan” yang kemudian dirumuskan oleh nabi.”
“Oleh karena itu, Nabi, sahabat, dan pengalaman komunitas Mekah dan Madinah pada hakikatnya adalah “co-author” karena ikut “menciptakan” Al-Qur’an.”
“Seandainya (sekali lagi seandainya) Soeharto berkuasa ratusan tahun, saya yakin Pancasila bias menyaingi Al-Qur’an dalam hal ‘kesuciannya’.”
“Al-Qur’an, sehingga menjadi ‘kitab suci’ juga tidak lepas dari peran serta ‘tangan-tangan gaib’ yang berkerja dibalik layar maupun diatas panggung politik kekuasaan untuk memapankan status Al-Qur’an. Dengan kata lain, ada proses historis yang amat pelik dalam sejarah pembukuan Al-Qur’an hingga teks ini menjadi korpus resmi yang diakui secara konsesus oleh semua umat Islam. Proses otorisasi sepanjang masa terhadap Al-Qur’an menjadikan kitab ini sebagai sebuah scripto sacra (script suci) yang disanjung, dihormati, dipuja, diagungkan, disakralkan, dan dimitoskan. Padahal sebagian dari proses otorisasi itu berjalan dengan persoalan-persoalan politik murni milik bangsa Arab. Bahkan proses turunnya Al-Qur’an sendiri tidak lepas dari intervensi Quraisy sebagai suku mayoritas Arab.”
“Disinilah maka tidak terlalu meleset jika dikatakan, Al-Qur’an dalam batas tertentu dalah ‘perangkap’ yang dipasang bangsa Quraisy.”
“Kita tahu Al-Qur’an yang dibaca oleh jutaan umat Islam didunia sekarang ini adalah teks hasil kodifikasi gabungan untuk tidak menyebut ‘kesepakatan terselubung’ antara Khalifah Usman (644-656M) dengan panitia pengumpul yang dipimpin Zaid bin Tsabit, sehingga teks ini disebut Mushaf Usmani.”
“Maka penjelasan mengenai Al-Qur’an sebagai ‘firman Allah’ sungguh tidak memadai dari sudut pandang internal, yakni proses kesejarahan terbentuknya teks Al-Qur’an (dari komunikasi lisan ke komunikasi tulisan) maupun aspek material dari Al-Qur’an tiu sendiri yang dipenuhi ‘ambivalensi’. Karena itu tidak pada tempatnya jika Al-Qur’an disebut sebagai kitab suci.”
“Dalam konteks ini jika Al-Qur’an dianggap suci adalah keliru. Kesucian yang dilekatkan Al-Qur’an (juga kitab lain) adalah ‘kesucian palsu’. Tidak ada teks yang secara ontologis itu suci.”
“Setiap teks memiliki keterbatasan sejarah. Karena itu, setiap generasi selalu muncul ‘agen-agen sejarah’ yang merestorasi sebuah teks. Musa, Jesus, Muhammad. Sidharta, Lao Tze, Konfusius, Zarasthutra, Martin Luther, dan lainnya adalah sebagian kecil dari contoh agen-agen sejarah itu. Tapi produk restorasi teks yang mereka lakukan bukanlah sebuah ‘resep universal’ yang ‘shalih likulli zaman wa makaan (kompatibel di setiap waktu dan ruang). Mereka tidak hadir di ruang hampa, mereka datang ditengah-tengah kehidupan manusia yang beragam dengan cita rasa yang berlainan pula. Jika mereka sudah melakukan restorasi teks atau teks sebelumnya, maka generasi pasca mereka mestinya melakukan hal yang sama dengan apa yang telah mereka lakukan yaitu restorasi teks. Berpegang teguh secara utuh terhadap sebuah teks sama saja dengan berpegang pada sebuah barang rongsokan yang sudah usang.” (Eri)
10 comments:
Sekiranya semua teks Al Quran yg ada dibumi ini termasuk file2 digital,aplikasi2 software dikumpulkan dan dibakar dan musnah semua tak bersisa. Maka Al Quran masih ada di kepala dan hati para hafidz, Al Quran bukan teks kawan
sesungguhnya Alloh tidak memberi petunjuk kepada orang dzolim, dan semoga kebencianku pada orang JIL menjadi minyak yang menyalakan jiwa
pluralisme adalah pelepasan pikiran liar yang mengandalkan pengetahuan ilmiah serta kerja keras otak..motor penggerak nya adalah hawa nafsu dan rasa bangga.menurut nya hati yg bersih adalah jiwa yg terpenjara..Kelak di suatu zaman nt ada seorang hamba yang menjadikan diri nya sebagai Tuhan namun pd kenyataan nya si hamba tersebut telah menjadi budak dr hawa nafsu nya sendiri..
pluralisme adalah pelepasan pikiran liar yang mengandalkan pengetahuan ilmiah serta kerja keras otak..motor penggerak nya adalah hawa nafsu dan rasa bangga.menurut nya hati yg bersih adalah jiwa yg terpenjara..Kelak di suatu zaman nt ada seorang hamba yang menjadikan diri nya sebagai Tuhan namun pd kenyataan nya si hamba tersebut telah menjadi budak dr hawa nafsu nya sendiri..
Kasihan yaaa...
Ahsanta ya akhii.... !
Smoga mal Ulil dan keluarga mendapat hidayah dari Allah taala
Smoga mal Ulil dan keluarga mendapat hidayah dari Allah taala
Dikasih nasihat juga mungkin tidak akan didengar sebab mereka sudah merasa paling benar diatas
Para ulama, otaknya sudah kena virus lblis, bila Al-Qur'an dianggap bukan kitab suci lagi
Mau kitab apa yah yang akan jadi pedomannya, tentu yang menjadi panglimanya otak bukan Al-Qur'an
Kalau di zaman Rasulullah SAW ada Abdullah bin Ubay yang agamanya lslam, lbadahnya bersama Rasulullah SAw tapi benci terhadap lslam, kini di abad modern juga banyak yang KTP nya lslam tapi mengatakan Al-Qur'an bukan kitab suci, itulah
Munafik2 di abad modern, musuh dalam selimut, lebih berbahaya daripada kafir asli
Post a Comment