PeePoop - Wawancara Rizal Ramli Soal Rencana Pemerintah Menaikkan Harga BBM
SBY Telah Melakukan Suap Politik Lewat BLT
Rencana pemerintahan SBY - JK menaikkan harga BBM memicu gejolak di masyarakat. Sorotan cukup keras kini datang dari Rizal Ramli, pakar ekonomi yang juga mantan Kabulog era Presiden Gus Dur. Berikut petikan wawancara wartawan Radar Bali dengan Ketua Komite Bangkit Indonesia itu usai diangkat sebagai Dewan Penyantun STIE Satya Dharma Denpasar, kemarin:
Selaku pakar ekonomi, bagaimana pendapat Anda tentang rencana pemerintahan SBY - JK menaikkan harga BBM?
Sebetulnya harga BBM tidak perlu naik. Ada cara lain bagaimana menyelamatkan anggaran tanpa menaikkan BBM.
Bagaimana caranya?
Ya perlu dikaji, Indonesia kan produsen minyak bumi, kok BBM bisa jadi masalah. Jadi menurut saya harga BBM bisa tidak dinaikkan kalau produksi minyak tidak turun. Faktanya kan produksi minyak bumi kita turun mencapai 300 ribu barel per hari. Kalau produksi tidak turun, kita hari ini malah senang kalau harga minyak mentah naik hingga 150 ribu dolar per hari. Jadi kalau produksi tidak anjlok, minyak mentah mau naik berapa saja aman.
Mengapa itu terjadi?
Ya itu sayangnya pemerintah tidak berani jujur untuk menyampaikan kepada masyarakat masalah apa yang sesungguhnya terjadi.
Selain mempertahankan produksi minyak, adakah cara lain mempertahankan harga BBM?
Ada. Pertama ada peraturan jika minyak dunia naik maka transfer atau uang yang dikirim ke daerah-daerah penghasil minyak bumi dan gas juga naik. Kalau Indonesia lagi krisis, mestinya uang itu distop dulu, karena daerah juga belum siap meggunakan jika ada uang begitu. Akhirnya karena ada uang, mereka beli surat utang Bank Indonesia. Akhirnya negara mensubsidi bunga, tapi uangnya tidak kemana-mana. Kalau ini dilakukan, BBM tak perlu dinaikkan. Kemudian rakyat kita tak pernah dikasih tahu fakta bahwa pemerintah Indonesia setiap tahun mensubsidi bank-bank yang direkapitalisasi. Nilainya setiap tahun mencapai Rp 35 triliun. Kalau ini dihentikan, tentu negara sudah melakukan penghematan sehingga tak perlu menaikkan harga BBM.
Masih ada cara lagi?
Kalu kita lihat, anggaran negara 25 persen dipakai untuk membayar utang dan bunga pinjaman luar negeri. Padahal banyak dari utang itu istilahnya utang najis yang dulu pinjaman luar negeri tapi dikorupsi oleh pejabat-pejabat Orde Baru. Harusnya kan negara berani melakukan renegosiasi utang seperti banyak dilakukan negara lain. Jadi untuk bayar cicilan utang saja lebih tinggi dari total anggran pendidikan kita. Termasuk lebih tinggi pula dari gaji pegawai negeri termasuk TNI dan Polri.
Bagaimana pengalaman Anda saat di lingkar kekuasaan dulu?
Ya dulu kita terapkan agar para menteri tidak naik pesawat first class. Karena kalau ke luar negeri tiket first class itu lebih tinggi tujuh kali dari kelas ekonomi. Buat keputusan agar menteri hanya boleh naik pesawat bussines class saja. Maka kelas Dirjen pakai kelas ekonomi, termasuk gubernur. Ini artinya kita telah melakukan penghematan anggaran hingga Rp 4 triliun. Tetapi yang dilakukan pemerintah SBY sekarang malah mengeluarkan penetapan menteri harus naik pesawa first class, hotel juga harus bintang lima atau minimal bintang empat. Jadi ini artinya Presiden SBY tak mau mengurangi kenikmatan pejabat.
Mengapa hal itu tidak dilakukan pemerintah sekarang?
Karena Presiden SBY tidak berani terhadap bankir-bankir atau pemegang obligasi rekapitalisasi itu. Beraninya hanya sama rakyat doang.
Di mana letak ketidakjujuran pemerintah?
Pemerintah menyatakan masih perlu subsidi. Tetapi lupa diceritakan bahwa sebagian dari besarnya subsidi itu akibat Pertamina dan PLN tidak efisien. Dan, biaya ongkos produksi Pertamina untuk menghasilkan BBM termasuk paling tinggi di Asia. Itu karena banyak KKN-nya. Kemudian Pertamina harus mengimpor BBM sebanyak 300 ribu barel per hari dengan alasan kilang-kilang kita harus dicampur. Minyak Indonesia yang tinggi sulfurnya dengan minyak timur tengah yang rendah sulfurnya. Tetapi alasan ini terlalu dibuat-buat, sebab seharusnya pemerintah bisa modifikasi kilang-kilang yang ada, seperti di Balongan, Cirebon dan Sumatera Selatan, sehingga bisa memproses minyak mentah sulphur produksi Indonesia. Kalau itu dilakukan kita tak perlu impor minyak.
Mengapa tidak dilakukan pemerintah?
Ya karena ada Mr X orang Indonesia yang terima 2 dollar Amerika setiap kali Indonesia impor. Jadi Mr X ini terima 600 ribu dollar per hari atau Rp 6 miliar per hari. Ini yang mereka pakai untuk setor ke pusat-pusat kekuasaan. Saya tidak perlu sebut pusat-pusat kekuasaan yang mana saja. Sehingga pemerintah sekarang ini tidak berani menyikat mafia ini. Jadi saya tekankan, sesungguhnya ada cara lain untuk tidak menaikkan harga BBM. Karena itu saya menantang Presiden SBY untuk mengadakan diskusi di depan rakyat membahas cara-cara lain untuk menyelamatkan anggaran sehingga tak perlu menikkan BBM. Kalau tidak cukup percaya diri, silakan ajak menteri-menterinya, saya cukup bersama Adhie M. Masardi saja.
Bisa disebutkan siapa Mr X yang terima upeti Rp 6 miliar per hari dari impor BBM ini?
Ah, wartawan biar telusuri juga ya, nanti pasti tahu juga.
Apa yang akan terjadi jika BBM benar-benar dinaikkan akhir bulan ini?
Ya, jelas biaya transportasi dan ongkos produksi akan naik antara 3 hinga 4 persen. Dan yang pasti daya beli masyarakat akan menurun. Maka perusahaan kecil dan menengah akan banyak jadi korban. Demikian pula inflasi akan sulit dikendalikan karena semua harga barang kebutuhan akan naik.
Tuduhan bahwa dalang di balik aksi penolakan BBM mengarah kepada Anda, apa betul?
Ha.haha.. saya terima kasih kepada Kepala BIN Pak Syamsir Siregar, saya kira beliau tak menyebutkan nama. Tetapi cara teman-teman saya itu sudah sangat kuno, seperti zaman otoriter Orba, segala macam dicari tunggang menungganginya. Padahal sebetulnya protes ini karena diprovokasi oleh pemerintah, yakni rencana pemerintah menaikkan BBM hingga 30 persen. Jadi masyarakat sudah babak belur, tapi pemerintah masih menaikkan BBM.
Apakah Anda sudah pernah dipanggil polisi terkait tuduhan ini?
Saya tidak pernah melakukan hal yang ilegal, semua yang saya lakukan legal tetapi memang nyambung dengan apa yang dikeluhkan rakyat.
Pemerintah akan kembali membagikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada rakyat miskin. Apakah efektif?
Menurut saya pemerintah SBY telah melakukan suap politik terhadap rakyat agar dipilih kembali di 2009 dengan melakukan BLT. Padahal masyarakat merasa itu tak ada gunanya samasekali. Bayangkan, angkanya ajaib banget. Tahun ini BLT mencapai Rp 14 triliun, jelang Pemilu naik mencapai Rp 52 triliun. Jadi banyaknya suap politik, bukan alasan ekonomis untuk membantu kesulitan ekonomi rakyat. Kan lebih baik anggaran besar itu untuk memperbaiki fasilitas publik daripada dipakai menyuap rakyat untuk kepentingan politik. (Cecil)
Kutipan Dari : Jawa Pos Online
SBY Telah Melakukan Suap Politik Lewat BLT
Rencana pemerintahan SBY - JK menaikkan harga BBM memicu gejolak di masyarakat. Sorotan cukup keras kini datang dari Rizal Ramli, pakar ekonomi yang juga mantan Kabulog era Presiden Gus Dur. Berikut petikan wawancara wartawan Radar Bali dengan Ketua Komite Bangkit Indonesia itu usai diangkat sebagai Dewan Penyantun STIE Satya Dharma Denpasar, kemarin:
Selaku pakar ekonomi, bagaimana pendapat Anda tentang rencana pemerintahan SBY - JK menaikkan harga BBM?
Sebetulnya harga BBM tidak perlu naik. Ada cara lain bagaimana menyelamatkan anggaran tanpa menaikkan BBM.
Bagaimana caranya?
Ya perlu dikaji, Indonesia kan produsen minyak bumi, kok BBM bisa jadi masalah. Jadi menurut saya harga BBM bisa tidak dinaikkan kalau produksi minyak tidak turun. Faktanya kan produksi minyak bumi kita turun mencapai 300 ribu barel per hari. Kalau produksi tidak turun, kita hari ini malah senang kalau harga minyak mentah naik hingga 150 ribu dolar per hari. Jadi kalau produksi tidak anjlok, minyak mentah mau naik berapa saja aman.
Mengapa itu terjadi?
Ya itu sayangnya pemerintah tidak berani jujur untuk menyampaikan kepada masyarakat masalah apa yang sesungguhnya terjadi.
Selain mempertahankan produksi minyak, adakah cara lain mempertahankan harga BBM?
Ada. Pertama ada peraturan jika minyak dunia naik maka transfer atau uang yang dikirim ke daerah-daerah penghasil minyak bumi dan gas juga naik. Kalau Indonesia lagi krisis, mestinya uang itu distop dulu, karena daerah juga belum siap meggunakan jika ada uang begitu. Akhirnya karena ada uang, mereka beli surat utang Bank Indonesia. Akhirnya negara mensubsidi bunga, tapi uangnya tidak kemana-mana. Kalau ini dilakukan, BBM tak perlu dinaikkan. Kemudian rakyat kita tak pernah dikasih tahu fakta bahwa pemerintah Indonesia setiap tahun mensubsidi bank-bank yang direkapitalisasi. Nilainya setiap tahun mencapai Rp 35 triliun. Kalau ini dihentikan, tentu negara sudah melakukan penghematan sehingga tak perlu menaikkan harga BBM.
Masih ada cara lagi?
Kalu kita lihat, anggaran negara 25 persen dipakai untuk membayar utang dan bunga pinjaman luar negeri. Padahal banyak dari utang itu istilahnya utang najis yang dulu pinjaman luar negeri tapi dikorupsi oleh pejabat-pejabat Orde Baru. Harusnya kan negara berani melakukan renegosiasi utang seperti banyak dilakukan negara lain. Jadi untuk bayar cicilan utang saja lebih tinggi dari total anggran pendidikan kita. Termasuk lebih tinggi pula dari gaji pegawai negeri termasuk TNI dan Polri.
Bagaimana pengalaman Anda saat di lingkar kekuasaan dulu?
Ya dulu kita terapkan agar para menteri tidak naik pesawat first class. Karena kalau ke luar negeri tiket first class itu lebih tinggi tujuh kali dari kelas ekonomi. Buat keputusan agar menteri hanya boleh naik pesawat bussines class saja. Maka kelas Dirjen pakai kelas ekonomi, termasuk gubernur. Ini artinya kita telah melakukan penghematan anggaran hingga Rp 4 triliun. Tetapi yang dilakukan pemerintah SBY sekarang malah mengeluarkan penetapan menteri harus naik pesawa first class, hotel juga harus bintang lima atau minimal bintang empat. Jadi ini artinya Presiden SBY tak mau mengurangi kenikmatan pejabat.
Mengapa hal itu tidak dilakukan pemerintah sekarang?
Karena Presiden SBY tidak berani terhadap bankir-bankir atau pemegang obligasi rekapitalisasi itu. Beraninya hanya sama rakyat doang.
Di mana letak ketidakjujuran pemerintah?
Pemerintah menyatakan masih perlu subsidi. Tetapi lupa diceritakan bahwa sebagian dari besarnya subsidi itu akibat Pertamina dan PLN tidak efisien. Dan, biaya ongkos produksi Pertamina untuk menghasilkan BBM termasuk paling tinggi di Asia. Itu karena banyak KKN-nya. Kemudian Pertamina harus mengimpor BBM sebanyak 300 ribu barel per hari dengan alasan kilang-kilang kita harus dicampur. Minyak Indonesia yang tinggi sulfurnya dengan minyak timur tengah yang rendah sulfurnya. Tetapi alasan ini terlalu dibuat-buat, sebab seharusnya pemerintah bisa modifikasi kilang-kilang yang ada, seperti di Balongan, Cirebon dan Sumatera Selatan, sehingga bisa memproses minyak mentah sulphur produksi Indonesia. Kalau itu dilakukan kita tak perlu impor minyak.
Mengapa tidak dilakukan pemerintah?
Ya karena ada Mr X orang Indonesia yang terima 2 dollar Amerika setiap kali Indonesia impor. Jadi Mr X ini terima 600 ribu dollar per hari atau Rp 6 miliar per hari. Ini yang mereka pakai untuk setor ke pusat-pusat kekuasaan. Saya tidak perlu sebut pusat-pusat kekuasaan yang mana saja. Sehingga pemerintah sekarang ini tidak berani menyikat mafia ini. Jadi saya tekankan, sesungguhnya ada cara lain untuk tidak menaikkan harga BBM. Karena itu saya menantang Presiden SBY untuk mengadakan diskusi di depan rakyat membahas cara-cara lain untuk menyelamatkan anggaran sehingga tak perlu menikkan BBM. Kalau tidak cukup percaya diri, silakan ajak menteri-menterinya, saya cukup bersama Adhie M. Masardi saja.
Bisa disebutkan siapa Mr X yang terima upeti Rp 6 miliar per hari dari impor BBM ini?
Ah, wartawan biar telusuri juga ya, nanti pasti tahu juga.
Apa yang akan terjadi jika BBM benar-benar dinaikkan akhir bulan ini?
Ya, jelas biaya transportasi dan ongkos produksi akan naik antara 3 hinga 4 persen. Dan yang pasti daya beli masyarakat akan menurun. Maka perusahaan kecil dan menengah akan banyak jadi korban. Demikian pula inflasi akan sulit dikendalikan karena semua harga barang kebutuhan akan naik.
Tuduhan bahwa dalang di balik aksi penolakan BBM mengarah kepada Anda, apa betul?
Ha.haha.. saya terima kasih kepada Kepala BIN Pak Syamsir Siregar, saya kira beliau tak menyebutkan nama. Tetapi cara teman-teman saya itu sudah sangat kuno, seperti zaman otoriter Orba, segala macam dicari tunggang menungganginya. Padahal sebetulnya protes ini karena diprovokasi oleh pemerintah, yakni rencana pemerintah menaikkan BBM hingga 30 persen. Jadi masyarakat sudah babak belur, tapi pemerintah masih menaikkan BBM.
Apakah Anda sudah pernah dipanggil polisi terkait tuduhan ini?
Saya tidak pernah melakukan hal yang ilegal, semua yang saya lakukan legal tetapi memang nyambung dengan apa yang dikeluhkan rakyat.
Pemerintah akan kembali membagikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada rakyat miskin. Apakah efektif?
Menurut saya pemerintah SBY telah melakukan suap politik terhadap rakyat agar dipilih kembali di 2009 dengan melakukan BLT. Padahal masyarakat merasa itu tak ada gunanya samasekali. Bayangkan, angkanya ajaib banget. Tahun ini BLT mencapai Rp 14 triliun, jelang Pemilu naik mencapai Rp 52 triliun. Jadi banyaknya suap politik, bukan alasan ekonomis untuk membantu kesulitan ekonomi rakyat. Kan lebih baik anggaran besar itu untuk memperbaiki fasilitas publik daripada dipakai menyuap rakyat untuk kepentingan politik. (Cecil)
Kutipan Dari : Jawa Pos Online
0 comments:
Post a Comment