PeePoop Online Media™ | Katakan Yang Benar, Bukan Membenarkan Yang Mengatakan

(Kontribusi) Obama atau Amerika?

Kemenangannya atas Hillarry Rodham Clinton dalam konvensi calon presiden dari Partai Demokrat, seolah-olah sudah menyediakan kursi tertinggi bagi Barack Hussein Obama di Gedung Putih.[...]

(Editorial) Karsa & Kaji, Sekumpulan Hedonis Boros

Quintus Horatius Flaccus, "Carpe Diem, Quam Minimum Credula postero." (Raihlah hari ini, jangan terlalu percaya pada esok)? [...]

(Our Perspective) Media & Pemasaran Politik Dalam Kerangka Neoliberalisme

Menjelang Pemilu 2009, hampir setiap ruang publik penuh dijejali oleh iklan-iklan politik dalam berbagai bentuk. [...]

(Our Perspective) Invasi Israel Sebagai Solusi Krisis Kapitalisme?

Berdasarkan salah satu teori Karl Marx, perang merupakan salah satu pertimbangan untuk solusi krisis kapitalisme. [...]
Foto Peristiwa - Gerhana Matahari Cincin 26 Januari 2009
Thumbnail imagegambar besar Thumbnail imageEnlarged view of image Thumbnail imagegambar besar Thumbnail imagegambar besar

Courtesy of Kaskus

Tuesday, January 27, 2009

Jurnal Politik
Otoritas Karisma Obama Akan Menjadi Otoritas Legal


PeePoop - Sudah seminggu pas hegemoni pencitraan Barrack Obama sudah berlalu. Sambutan-sambutan yang luar biasa dari seluruh penjuru dunia kini mulai perlahan menjadi penantian akan janji Obama sewaktu menebar pesonanya selama kampanye. Banyak yang berharap bahwa Obama dapat memberikan perubahan bagi tatanan dunia yang adil dan menyelesaikan krisis.

Max Weber, seorang sosiolog besar dunia mengatakan, kekuatan karisma adalah sebuah kualitas yang dapat dipercaya, yang ada didalam kepribadian individual. Individual tersebut adalah orang hebat dengan kebaikan yang diberkati kekuatan-kekuatan dan kualitas khusus.

Jadi suara-suara dukungan dari seluruh penjuru dunia termasuk Indonesia, otomatis percaya pada Obama, seperti dalam terminologi Weber tersebut.

Pertanyaannya adalah bisakah merubah tatanan yang diobrak-abrik oleh George W Bush?.


Majalah Newsweek dengan lugas mengatakan bahwa karisma yang dimiliki Obama sebelumnya tidak akan mampu ia pertahankan setelah ia resmi menjadi Presiden ke-44 Amerika Serikat. Karena sebelum Obama resmi menjadi Presiden, otoritas yang dimilik Obama adalah otoritas karisma, yang tentunya berubah menjadi otoritas legal saat ia resmi menjadi Presiden. Dimana setiap pengambilan keputusan dan mengeluarkan statement tidak akan semudah sewaktu saat kampanye.

Waktu-waktu Obama kedepan sepertinya akan menjadi benar-benar sulit bagi dirinya. Karena menurut Newsweek, persoalan utama yang dihadapi Obama saat ini adalah mampukah Obama menghidupkan kembali denyut nadi kapitalisme di Amerika Serikat. Ditambah lagi dengan "desakan harapan" publik dunia akan masalah-masalah Irak, Afganistan, Rusia, Pakistan, Iran, Korea Utara, Palestina, ataupun China.

Sebuah laporan Kantor Berita China Xinhua menyebutkan, usaha keras Bail Out yang dijalankan pemerintahan Obama saat ini sepertinya tidak akan membuat perekonomian Amerika Serikat pulih dalam waktu dekat. Dalam kondisi ekonomi yang tidak karuan tersebut, diprediksi tingkat pengangguran akan meroket tajam, dan berujung pada turunnya tingkat konsumsi.

Jadi saat ini Obama sedang dalam tingkat dilematis tertinggi, terlibat dalam pilihan yang rumit.

Obama harus menghadapi masalah penyelamatan kapitalisme, maka Obama tidak akan pernah bisa mewujudkan tatanan dunia yang adil, dan tentu tidak sesuai dengan janji "Hope" nya sewaktu kampanye.

Dan sebaliknya, jika ia berniat memenuhi janji mewujudkan tatanan dunia yang adil, maka ia harus bersiap perang melawan kaum-kaum borjuasi neoliberalisme yang menindas dan menghisap dunia ketiga.

Dengan pilihan seperti itu, sulit rasanya bagi publik dunia masih terus berharap pada Obama. Sesuai dengan rasa pesimis yang diungkapkan oleh Presiden Venezuela Hugo Chavez, “Obama hanya akan mengikuti perintah dari kekuatan gelap di dalam imperium AS, jika ia tidak patuh maka akan dibinasakan”.

Apakah Obama pada akhirnya hanya akan mematuhi kebijakan-kebijakan yang sudah pernah dijalankan?

Jadi, sekarang dunia hanya tinggal menunggu dan mengawasi manuver-manuver Obama, seseorang yang menjadi harapan publik dunia.

Mungkin ada baiknya jika Pemerintah Indonesia berhenti berharap pada Obama, seperti yang diungkapkan oleh Wapres Jusuf Kalla, "Kondisi AS yang seperti saat ini, seharusnya justru menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk bangkit dan berdikari."

Vladimir Putin mengatakan, "Kekecewaan besar lahir dari harapan-harapan besar". (thePuki)

0 comments: