PeePoop Online Media™ | Katakan Yang Benar, Bukan Membenarkan Yang Mengatakan

(Kontribusi) Obama atau Amerika?

Kemenangannya atas Hillarry Rodham Clinton dalam konvensi calon presiden dari Partai Demokrat, seolah-olah sudah menyediakan kursi tertinggi bagi Barack Hussein Obama di Gedung Putih.[...]

(Editorial) Karsa & Kaji, Sekumpulan Hedonis Boros

Quintus Horatius Flaccus, "Carpe Diem, Quam Minimum Credula postero." (Raihlah hari ini, jangan terlalu percaya pada esok)? [...]

(Our Perspective) Media & Pemasaran Politik Dalam Kerangka Neoliberalisme

Menjelang Pemilu 2009, hampir setiap ruang publik penuh dijejali oleh iklan-iklan politik dalam berbagai bentuk. [...]

(Our Perspective) Invasi Israel Sebagai Solusi Krisis Kapitalisme?

Berdasarkan salah satu teori Karl Marx, perang merupakan salah satu pertimbangan untuk solusi krisis kapitalisme. [...]
Foto Peristiwa - Gerhana Matahari Cincin 26 Januari 2009
Thumbnail imagegambar besar Thumbnail imageEnlarged view of image Thumbnail imagegambar besar Thumbnail imagegambar besar

Courtesy of Kaskus

Tuesday, April 29, 2008

Kejahatan Korporatokrasi di Indonesia


PeePoop - John Perkins adalah penulis asal Amerika Serikat yang mengungkapkan kejahatan korporatokrasi yaitu jaringan yang bertujuan memetik laba melalui cara-cara korupsi, kolusi, dan nepotisme dari Negara-negara Dunia Ketiga.

Dalam bukunya yang pertama, Confession of An Economic Hitman (2004), Perkins menyebut dirinya Bandit Ekonomi atau EHM yang bekerja di perusahaan konsultan MAIN di Boston, AS.

Cara kerja mereka mirip mafia karena menggunakan semua cara, termasuk pembunuhan untuk mencapai tujuan. Ia mengungkapkan bandit-bandit ekonomilah yang melenyapkan Presiden Panama Omar Torrijos dan Presiden Ekuador Jaime Roldos. “Kita melakukan pekerjaan kotor. Tak ada yang tahu apa yang kamu lakukan, termasuk istri kamu. Kamu ikut atau tidak?, kalau mau dilarang keluar sampai mati,” kata bos Perkins yang suatu hari raib ibarat hantu.

Tugas pertama Perkins membuat laporan-laporan fiktif untuk IMF dan World Bank agar mengucurkan utang luar negeri kepada Negara-negara Dunia Ketiga.

Tugas kedua Perkins adalah membangkrutkan negeri penerima utang. Setelah tersandera utang yang menggunung, Negara pengutang dijadikan kuda yang dikendalikan kusir. Negara pengutang ditekan agar, misalnya, mendukung Pemerintah AS dalam voting di Dewan Keamanan PBB. Bisa juga Negara pengutang dipaksa menyewakan lokasi untuk pangkalan militer AS. Sering terjadi korporatokrasi memaksa negeri pengutang menjual ladang-ladang minyak mereka kepada MNC (multinational corporation) milik Negara-negara barat.

Selama tiga bulan pada tahun 1971, Perkins berkeliling ke berbagai tempat menyiapkan dongen tentang pertumbuhan ekonomi, pendapatan perkapita (GNP), dan berbagai indicator lain yang dipalsukan dan dilaporkan kepada IMF dan World Bank.

Bos Perkins, Charlie Illingworth mengingatkan Perkins bahwa Presiden AS Richard M Nixon menginginkan kekayaan alam Indonesia diperas sampai kering. Di mata Nixon, Indonesia ibarat Real Estate terbesar di Dunia yang tidak boleh jatuh ke tangan Uni Soviet dan China.

Eksistensi Korporatokrasi disambut hangat oleh para pejabat orde baru. Korporatokrasi membuka peluang emas untuk KKN. Konspirasi antara Korporatokrasi dengan Kleptokrasi orde baru dijalin melalui prinsip “tahu sama tahu” dalam rangka “pembangkrutan Indonesia” (bukan Pembangunan Indonesia). Konspirasi inilah yang mengawali lingkaran setan utang yang di eluk-elukkan ideology pembangunan orde baru.

Pembangunan berbagai proyek infrastruktur ini bertujuan merebut laba maksimal bagi perusahaan-perusahaan AS. Tujuan lain memperkaya elite orde baru dan keluarganya agar mereka tetap loyal kepada Korporatokrasi. Utang yang semakin menggunung akan menguntungkan persekongkolan ini.

Jika Presiden Soekarno menentang kehadiran korporatokrasi. Presiden Soeharto sebaliknya. Tak heran utang luar negeri Presiden Soekarno hanya tak lebih dari 2,5 Milyar Dollar AS, sebaliknya utang luar negeri Presiden Soeharto lebih dari 100 Milyar Dollar AS.

Jadi, masihkah semua orang di Indonesia berpikir bahwa bukan pihak asing lah yang mencuri kekayaan alam Indonesia?, tentunya dibarengi dengan kekotoran pemerintah Orde Baru. (Shabutie)


0 comments: