PeePoop - Ini Demokrasi atau pada rekreasi?, basa-basi politisi banyak yang mati ditinggal pergi. Demokrasi ABG, ngeceng rame-rame, cuma modal PD, ngoceh bebas semau gue. *Bim-bim Slank
Demokrasi di Indonesia kembali dicederai oleh bentrokan, serbuan, tindakan anarkis, atau apalah itu namanya. Kekerasan tersebut terjadi di Kampus Universitas Nasional, Jakarta Selatan, Sabtu (24/5) subuh lalu. Puluhan mahasiswa ditangkap, dipukuli, bahkan polisi melabrak masuk ke gedung kampus Unas, menghancurkan segalanya disitu.

Pertanyaan dasarnya adalah apakah rezim otoriter sedang berusahan bangkit kembali?.
Tindakan represif terhadap demonstran tidak hanya terjadi di kampus Unas, tetapi juga terjadi di kota lain seperti Surabaya dan Makassar. Terdapat tendensi, aparat selalu mengambil tindakan dengan keras dan cepat.
Pembelaan dari pihak kepolisian menyatakan bahwa beberapa demonstran Unas-lah yang menyulut kerusuhan terlebih dahulu. Lalu pertanyaannya?, sebegitu perlukah polisi sampai masuk ke area kampus dan menghancurkan benda-benda yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan tindakan para demonstran Unas?.
Tidakkah demokrasi memerlukan suatu tingkat kesabaran yang sangat tinggi untuk menghadapi perbedaan?.
Mungkin, tindakan yang dilakukan oleh para demonstran Unas juga tidak bisa dibenarkan. Karena biar bagaimanapun seharusnya mahasiswa yang dicap sebagai kaum intelektual, sebisa mungkin menyampaikan aspirasi dengan arif, bijaksana, intelek, dan yang paling penting 'berbobot', tidak asal teriak saja sewaktu demo, dan harus mengetahui benar apa inti permasalahannya.
Dan untuk pihak aparat kepolisian, janganlah lagi menyangkal segala tindakan represif yang dilakukan. Semua orang sudah tahu, bahwa kelakuan polisi atau kelompok militer lainnya memang kasar, dan kadang tidak memenuhi prosedur lapangan yang berlaku.
Sekali lagi demokrasi membutuhkan kemampuan tinggi pemerintah untuk memenangkan kebijakan publik, jika publik tidak bisa menerima kebijakan tersebut, janganlah pemerintah mencoba melawan perbedaan tersebut dengan membunuh hak asasi manusia.
Dan yang paling penting, demokrasi membutuhkan intelektualitas yang tinggi. Demokrasi bukan sekedar membakar ban di tengah jalanan, dan demokrasi bukan sekedar mengejar, menangkap, memukul, menendang para pelaku proses demokrasi itu sendiri.
Demokrasi bukan teriak-teriak ke orang banyak, sampai serak. Demokrasi bukan bantah membantah, merasa paling wah. Demokrasi bukan kumpul dijalanan, unjuk kekuatan ugal-ugalan dan arogan. (thePuki)
Ini demokrasi apa pada rekreasi?, basa-basi politisi banyak yang mati ditinggal pergi -Bim-bim Slank-
0 comments:
Post a Comment