PeePoop - Sekularisme dalam pengunaan masa kini secara garis besar adalah sebuah ideologi yang menyatakan bahwa sebuah institusi atau badan harus berdiri terpisah dari agama atau kepercayaan. Sekularisme dapat menunjang kebebasan beragama dan kebebasan dari pemaksaan kepercayaan dengan menyediakan sebuah rangka yang netral dalam masalah kepercayaan serta tidak menganakemaskan sebuah agama tertentu.
Impact dari definisi tersebut adalah terjadinya gerakan menuju modernisasi dan cenderung menjauhkan suatu kondisi dari nilai-nilai keagamaan tradisional. Pembeneran terhadap sekulerisme adalah makna demokrasi. Persamaan dan kebebasan.
Sistem sekuler seperti kapitalisme ataupun demokrasi itu sendiri cenderung hanya mampu membangun peradaban material. Tidak ada kebahagian hakiki sedikitpun pada sistem sekuler.
Alasannya sangat mendasar, karena kebahagiaan hakiki tidak bersumber dari alam material, melainkan bersumber dari alam rohani. Maknanya, kebahagiaan hakiki hanya mampu dicapai bila menempatkan rohani sebagai kebutuhan primer, dan kebutuhan sekundernya adalah material.
Dalam keterkaitannya dengan demokrasi. Revolusi Perancis adalah sebuah angin segar bagi kaum-kaum pembaharuan sekuler. Dengan slogan terkenalnya Persaudaraan, Persamaan, dan Kebebasan. Tapi yang terjadi pada praktiknya adalah para pembela pembaharuan seringkali menyanjungnya secara berlebihan.
Kebebasan menjadi pembenaran dalam segala hal. Segala manuver kehidupan hanya didasarkan pada kekuatan intelektual belaka.
Hal ini terjadi karena pengaburan definisi persamaan dan kebebasan yang didefinisikan secara luas oleh Barat, tanpa batas di zaman 'modern' yang menggilas nilai-nilai agama dan spiritual atau norma.
Tidak heran jika dunia yang didominasi dengan mimpi-mimpi sekuler ternyata banyak melahirkan keadaan yang sengsara bagi masyarakat, tapi membahagiakan bagi kelompok tertentu.
Hal tersebut terjadi karena sekulerisme ternyata tidak memiliki standar kebenaran yang tegas. Segala hal diukur dari kreativitas intelektual manusia. Terlalu bergantung pada kekuatan falsafah yang disesuaikan (atau terkadang terpaksa disesuaikan) dengan pengalaman, sejarah, dan lingkungan. Jadi mereka-mereka yang ternyata tidak cukup intelek akan menjadi objek tekanan dari para intelektual sejati. Pembenarannya dilakukan dengan ukuran material. Dan negara tidak bisa berbuat apapun.
Masyarakat menyangka bahwa reformasi telah dilakukan untuk membawa kemakmuran, tapi pada akhirnya di kemudian hari masyarakat gagal untuk menikmatinya.
Oleh karena itu, sistem sekuler yang berlandaskan rasionalitas tidak bersifat universal dan tidak mampu melewati segala tempat, budaya, dan zaman yang berbeda. Paling tidak dalam konteks ke Indonesia an. (Cecil)
Impact dari definisi tersebut adalah terjadinya gerakan menuju modernisasi dan cenderung menjauhkan suatu kondisi dari nilai-nilai keagamaan tradisional. Pembeneran terhadap sekulerisme adalah makna demokrasi. Persamaan dan kebebasan.
Sistem sekuler seperti kapitalisme ataupun demokrasi itu sendiri cenderung hanya mampu membangun peradaban material. Tidak ada kebahagian hakiki sedikitpun pada sistem sekuler.
Alasannya sangat mendasar, karena kebahagiaan hakiki tidak bersumber dari alam material, melainkan bersumber dari alam rohani. Maknanya, kebahagiaan hakiki hanya mampu dicapai bila menempatkan rohani sebagai kebutuhan primer, dan kebutuhan sekundernya adalah material.
Dalam keterkaitannya dengan demokrasi. Revolusi Perancis adalah sebuah angin segar bagi kaum-kaum pembaharuan sekuler. Dengan slogan terkenalnya Persaudaraan, Persamaan, dan Kebebasan. Tapi yang terjadi pada praktiknya adalah para pembela pembaharuan seringkali menyanjungnya secara berlebihan.
Kebebasan menjadi pembenaran dalam segala hal. Segala manuver kehidupan hanya didasarkan pada kekuatan intelektual belaka.
Hal ini terjadi karena pengaburan definisi persamaan dan kebebasan yang didefinisikan secara luas oleh Barat, tanpa batas di zaman 'modern' yang menggilas nilai-nilai agama dan spiritual atau norma.
Tidak heran jika dunia yang didominasi dengan mimpi-mimpi sekuler ternyata banyak melahirkan keadaan yang sengsara bagi masyarakat, tapi membahagiakan bagi kelompok tertentu.
Hal tersebut terjadi karena sekulerisme ternyata tidak memiliki standar kebenaran yang tegas. Segala hal diukur dari kreativitas intelektual manusia. Terlalu bergantung pada kekuatan falsafah yang disesuaikan (atau terkadang terpaksa disesuaikan) dengan pengalaman, sejarah, dan lingkungan. Jadi mereka-mereka yang ternyata tidak cukup intelek akan menjadi objek tekanan dari para intelektual sejati. Pembenarannya dilakukan dengan ukuran material. Dan negara tidak bisa berbuat apapun.
Masyarakat menyangka bahwa reformasi telah dilakukan untuk membawa kemakmuran, tapi pada akhirnya di kemudian hari masyarakat gagal untuk menikmatinya.
Oleh karena itu, sistem sekuler yang berlandaskan rasionalitas tidak bersifat universal dan tidak mampu melewati segala tempat, budaya, dan zaman yang berbeda. Paling tidak dalam konteks ke Indonesia an. (Cecil)
0 comments:
Post a Comment