PeePoop - Ditengah krisis global yang dampaknya juga menghantam Indonesia, DPR kembali berkontroversi dengan rencana pemugaran (baca:pemegahan) gedung Dewan di Senayan. Tidak terdengar alasan atau pembenaran yang kuat atas rencana tersebut.
Pemugaran itu sendiri sudah dimulai pekan lalu. Proyek itu mencakup pembenahan ruang kerja, penggantian lantai toilet, pembangunan 10 ruang kerja baru, dan pengadaan furnitur yang menghabiskan dana Rp33,4 miliar.
Bukti tersebut semakin menegaskan DPR sebagai lembaga yang tidak pro rakyat.
DPR semakin terdengar konyol dan gila, karena sebelum pemugaran ini di sahkan, terdapat gagasan renovasi untuk membangun dua menara megah di sisi utara dan selatan lengkap dengan jalan penghubung seperti menara Petronas di Malaysia. Estimasi dana untuk gagasan gila tersebut memakan sekitar Rp1 triliun.
Dilihat dari perspektif manapun, manuver DPR saat ini sungguh konyol dan tolol. Alasannya karena tidak pada momentum yang pas. Sudahkah pergerakan Rupiah stabil?, sudahkan perekonomian nasional bergairah kembali?, krisis yang terjadi saat ini seharusnya bisa jadi bahan pertimbangan DPR. Walaupun ternyata tidak.
Lalu pertanyaan kuncinya, sudahkah negara ini makmur?. Buang jauh anggapan kemegahan dan kemewahan gedung negara adalah simbol kemakmuran suatu negara. Negara ini mungkin sudah makmur, tapi sayang kemakmuran itu berlaku hanya untuk kalangan pejabat pemerintahan saja. Bagaimana dengan kemakmuran rakyat?, entahlah.
Entah bagaimana deras dan pedasnya kritik publik untuk DPR. Mental ada proyek ada rezeki ternyata masih berlaku untuk DPR.
Sewaktu rencana ini masih sebatas wacana, beberapa anggota dewan menunjukan sikap kontra atas rencana ini. Tapi apa yang terjadi sekarang?, ternyata yang kontra tersebut tidak lebih seperti pahlawan kesiangan yang mencari popularitas murahan. Padahal sikap mereka itu semakin memperlihatkan karakter hipokrit dan manuver politik bunglon mereka.
Usulan renovasi itu sudah ada sejak Februari silam dan telah disetujui baik oleh Badan Urusan Rumah Tangga DPR maupun dalam rapat paripurna pengesahan APBN.
Semakin kesini DPR bukan semakin pro rakyat, yang terjadi justru DPR semakin jelek dimata rakyat. Para hipokrit, politisi busuk, dan pahlawan-pahlawan kesiangan itu tetap nyaman dengan posisinya sebagai anggota dewan.
Setiap muncul persoalan yang menjadi pusat perhatian publik, seringkali anggota dewan berlagak sebagai pembela rakyat, lengkap dengan embel-embel ancaman pembuatan hak angket atau pansus. Tapi yang terjadi selanjutnya hanyalah kata "setuju pak" dan akting membela rakyat itu hilang entah kemana.
Sudah saatnya rakyat berhenti berharap akan ada perubahan fundamental dari sikap dan visi DPR. Rakyat harus berhenti berharap bahwa DPR akan berhenti menjadi hipokrit dan berhenti korupsi.
Yang harus rakyat lakukan sekarang dan menjelang Pemilu 2009 adalah memacu pikiran untuk lebih kritis dan cerdas. Rakyat harus membunuh peluang mereka pada Pemilu 2009. Caranya, jangan pilih politisi busuk.
Gedung sirkus DPR itu kini akan semakin megah. (Kirana)
Pemugaran itu sendiri sudah dimulai pekan lalu. Proyek itu mencakup pembenahan ruang kerja, penggantian lantai toilet, pembangunan 10 ruang kerja baru, dan pengadaan furnitur yang menghabiskan dana Rp33,4 miliar.
Bukti tersebut semakin menegaskan DPR sebagai lembaga yang tidak pro rakyat.
DPR semakin terdengar konyol dan gila, karena sebelum pemugaran ini di sahkan, terdapat gagasan renovasi untuk membangun dua menara megah di sisi utara dan selatan lengkap dengan jalan penghubung seperti menara Petronas di Malaysia. Estimasi dana untuk gagasan gila tersebut memakan sekitar Rp1 triliun.
Dilihat dari perspektif manapun, manuver DPR saat ini sungguh konyol dan tolol. Alasannya karena tidak pada momentum yang pas. Sudahkah pergerakan Rupiah stabil?, sudahkan perekonomian nasional bergairah kembali?, krisis yang terjadi saat ini seharusnya bisa jadi bahan pertimbangan DPR. Walaupun ternyata tidak.
Lalu pertanyaan kuncinya, sudahkah negara ini makmur?. Buang jauh anggapan kemegahan dan kemewahan gedung negara adalah simbol kemakmuran suatu negara. Negara ini mungkin sudah makmur, tapi sayang kemakmuran itu berlaku hanya untuk kalangan pejabat pemerintahan saja. Bagaimana dengan kemakmuran rakyat?, entahlah.
Entah bagaimana deras dan pedasnya kritik publik untuk DPR. Mental ada proyek ada rezeki ternyata masih berlaku untuk DPR.
Sewaktu rencana ini masih sebatas wacana, beberapa anggota dewan menunjukan sikap kontra atas rencana ini. Tapi apa yang terjadi sekarang?, ternyata yang kontra tersebut tidak lebih seperti pahlawan kesiangan yang mencari popularitas murahan. Padahal sikap mereka itu semakin memperlihatkan karakter hipokrit dan manuver politik bunglon mereka.
Usulan renovasi itu sudah ada sejak Februari silam dan telah disetujui baik oleh Badan Urusan Rumah Tangga DPR maupun dalam rapat paripurna pengesahan APBN.
Semakin kesini DPR bukan semakin pro rakyat, yang terjadi justru DPR semakin jelek dimata rakyat. Para hipokrit, politisi busuk, dan pahlawan-pahlawan kesiangan itu tetap nyaman dengan posisinya sebagai anggota dewan.
Setiap muncul persoalan yang menjadi pusat perhatian publik, seringkali anggota dewan berlagak sebagai pembela rakyat, lengkap dengan embel-embel ancaman pembuatan hak angket atau pansus. Tapi yang terjadi selanjutnya hanyalah kata "setuju pak" dan akting membela rakyat itu hilang entah kemana.
Sudah saatnya rakyat berhenti berharap akan ada perubahan fundamental dari sikap dan visi DPR. Rakyat harus berhenti berharap bahwa DPR akan berhenti menjadi hipokrit dan berhenti korupsi.
Yang harus rakyat lakukan sekarang dan menjelang Pemilu 2009 adalah memacu pikiran untuk lebih kritis dan cerdas. Rakyat harus membunuh peluang mereka pada Pemilu 2009. Caranya, jangan pilih politisi busuk.
Gedung sirkus DPR itu kini akan semakin megah. (Kirana)
0 comments:
Post a Comment