PeePoop Online Media™ | Katakan Yang Benar, Bukan Membenarkan Yang Mengatakan

(Kontribusi) Obama atau Amerika?

Kemenangannya atas Hillarry Rodham Clinton dalam konvensi calon presiden dari Partai Demokrat, seolah-olah sudah menyediakan kursi tertinggi bagi Barack Hussein Obama di Gedung Putih.[...]

(Editorial) Karsa & Kaji, Sekumpulan Hedonis Boros

Quintus Horatius Flaccus, "Carpe Diem, Quam Minimum Credula postero." (Raihlah hari ini, jangan terlalu percaya pada esok)? [...]

(Our Perspective) Media & Pemasaran Politik Dalam Kerangka Neoliberalisme

Menjelang Pemilu 2009, hampir setiap ruang publik penuh dijejali oleh iklan-iklan politik dalam berbagai bentuk. [...]

(Our Perspective) Invasi Israel Sebagai Solusi Krisis Kapitalisme?

Berdasarkan salah satu teori Karl Marx, perang merupakan salah satu pertimbangan untuk solusi krisis kapitalisme. [...]
Foto Peristiwa - Gerhana Matahari Cincin 26 Januari 2009
Thumbnail imagegambar besar Thumbnail imageEnlarged view of image Thumbnail imagegambar besar Thumbnail imagegambar besar

Courtesy of Kaskus

Tuesday, May 27, 2008

Perspective : Kerusuhan Unas, Bentuk Pengalihan Perhatian Publik?


PeePoop - Sekitar seminggu lalu, sebelum pengumuman kenaikan BBM pada Jumat malam, semua media di Indonesia begitu memfokuskan diri pada pemberitaan pergerakan rakyat menentang kenaikan harga BBM diseluruh penjuru Indonesia.

Rakyat bergerak. Semua elemen, mahasiswa, buruh, petani, rakyat miskin, orang kaya, ibu-ibu rumah tangga, dan yang lain-lain bermisi sama, untuk menekan pemerintah untuk membatalkan kenaikan harga BBM. Walaupun pada akhirnya semua usaha gagal, dan pemerintah tetap bersikeras pada pendiriannya untuk menaikan harga BBM.

Tapi unjuk rasa tidak berhenti sampai dititik tersebut. Beberapa jam setelah pengumuman kenaikan harga BBM, mahasiswa IISIP Jakarta, Universitas Nasional, dan seluruh civitas akademika lain terus melakukan aksi dengan berbagai cara.


Tetapi yang justru menjadi perhatian adalah unjuk rasa yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Nasional (Unas) Jakarta. Karena unjuk rasa akhirnya berakhir dengan ricuh, bentrokan, bahkan diakhiri dengan penyerangan dan penangkapan.

Setelah kejadian tersebut, tiba-tiba seluruh media yang ada di bumi Indonesia ini, mengalihkan fokus ke fenomena kerusuhan demonstrasi Unas tersebut. Pada Senin (26/5), para mahasiswa Universitas Kristen Indonesia (UKI) sejak pagi melakukan sweeping terhadap mobil-mobil Plat merah dan aparat keamanan sebagai ekspresi menolak kenaikan BBM.

Pertanyaannya, apakah kejadian kerusuhan di Unas adalah suatu bentuk pengalihan perhatian publik dan media yang secara tidak disadari?.

Pada tahun 1965 silam, ketika Indonesia diguncangkan dengan kejadian yang diberi 'label' pemberontakan G30S (Gestapu) yang (katanya) dilakukan oleh PKI. Saat itu, beberapa hari setelah Letkol. Soeharto berhasil menemukan lokasi lubang para mayat Jendral dikubur, Presiden Soekarno saat itu melakukan tindakan pengalihan, yaitu dengan cara secara tiba-tiba menaikan harga-harga kebutuhan pokok, dan secara tiba-tiba, setelah kejadian G30SPKI tersebut, minyak tanah dan BBM menjadi langka diseluruh wilayah Indonesia.

Kejadian pada tahun 1965 tersebut, disadari atau tidak, adalah sebuah bentuk pengalihan perhatian publik. Saat itu, yang ada dipikiran semua orang adalah tentang 'peng-ganyang-an' PKI, lalu dengan naik dan langka kebutuhan pokok, pemerintah saat itu berharap rakyat bisa melupakan masalah PKI dan lebih memikirkan masalah perut. Hasilnya luar biasa, dalam waktu singkat PKI berhasil ditumpas, dan dengan begitu cepatnya masyarakat saat itu terbius dengan doktrin kebencian terhadap PKI, yang berjalan sampai 32 tahun kemudian.

Lalu, benarkah kerusuhan di Unas tersebut membuktikan kembali terjadinya usaha pemerintah untuk mengalihkan perhatian publik terhadap kenaikan harga BBM.

Jika dipaksa untuk berpikir kritis, tindakan yang dilakukan oleh mahasiswa Unas, Sabtu lalu, bukan tindakan yang 'istimewa' (baca : tindakan yang tidak begitu keras).

Sering sekali dalam setiap bentuk unjuk rasa, terjadi pembakaran kecil barang-barang, seperti ban atau foto presiden dan wakil presiden. Tetapi, kenapa aparat kepolisian begitu 'marahnya' atas tindakan yang dilakukan oleh mahasiswa Unas?, entahlah.

Jika memang kejadian tersebut adalah bentuk percobaan pengalihan perhatian publik dan media dari kenaikan harga BBM, diharapkan, elemen bangsa yang lain tetap fokus berunjuk rasa tentang kenaikan harga BBM dengan murni tanpa ada emblem lain.

Elemen mahasiswa boleh merasa simpati dan membela para mahasiswa Unas, tapi bukan berarti terus mempermasalahkannya dalam unjuk rasa. Biarlah Komnas HAM Indonesia menyelidiki kasus tersebut, kembalilah mahasiswa pada misi utama menentang kenaikan harga BBM, dan kembalilah pada peran dasar mahasiswa sebagai pembela rakyat, bukan hanya membela kaum mahasiwa sendiri. (thePuki)

0 comments: